Jericho Siahaya, Lahir di Papua |
Papua merupakan suatu provinsi yang terletak di paling ujung timur Indonesia, yang memiliki luas wilayah terluas dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Secara keseluruhan luas Provinsi Papua adalah 319,036 km² (sebelum pembentukan Papua Barat).
Secara fisiografi di bagian utara Provinsi Papua berupa dataran rendah yang memanjang dari Danau Sentani ke arah Sarmi, dan di bagian selatan berupan dataran rendah dari Asmat, Timika sampai Merauke. Sedangkan di bagian tengah Provinsi Papua terdapat 2 pegunungan tengah yang menjulang, yaitu Pegunungan Jayawijaya dan Pegunungan Sudirman.
Jumlah penduduk Provinsi Papua, yaitu 3,4 juta (2014) yang sudah terdiri antara kelompok suku Papua dan pendatang. Setidaknya ada sekitar 312 macam suku yang ada di Papua, belum termasuk suku-suku yang belum terjamah manusia. Seperti yang sudah disebutkan oleh bung Wendy, suku di Papua sendiri terbagi pada dua jenis yaitu: orang gunung (highland peoples) dan orang pantai (lowland peoples).
(Suku Dani, Papua Barat) - Orang Gunung.
Orang-orang gunung (highland peoples) mempunyai mata pencaharian sebagai peternak babi dan membudidaya ubi jalar. Sedangkan, orang-orang pantai (lowland peoples) lebih banyak mengandalkan kemampuan berburu dan nelayan untuk bertahan hidup.
Bagi masyarakat adat Papua (zaman dahulu), alam merupakan segala sumber kehidupan di muka bumi ini. Mereka menghormati alam layaknya tuhan—sebelum ada misionaris—yang memberi mereka makanan, minuman serta keperluan hidup lainnya. Alam yang dimaksud bukan hanya elemen-elemen kecil yang ada di dalamnya, melainkan mereka melihat alam sebagai suatu kesatuan dengan tanah di mana mereka berpijak.
Tanah menjadi satu kesatuan dengan apa yang ada di atas maupun di dalamnya. Sehingga, banyak dari masyarakat adat Papua yang benar-benar menjaga tanah mereka. Bahkan rela mati demi membelanya. Kepemilikan atas tanah pada masyarakat adat Papua adalah kepemilikan komunal berdasarkan klan, marga atau keret.
Filosofi tanah untuk masyarakat adat Papua seperti ibu. Di situ mereka lahir, bertumbuh dan bertahan hidup hingga akhirnya mati di situ kembali. Jadi, tanah merupakan sesuatu yang paling berharga yang harus dipunya seorang masyarakat adat Papua.
(Babi sebagai hewan sakral) - Seorang perempuan adat Papua melumuri babi dengan lumpur.
Selain tanah, hewan ternak juga merupakan hal berharga yang dapat melambangkan status ekonomi. Babi merupakan hewan sakral yang memiliki status ekonomi dan prestasi tinggi. Babi biasanya dipakai sebagai mas kawin dan pembayaran denda-denda karena sebab-sebab perang.
Dalam proses modernisasi, banyak hal yang berubah. Kota-kota modern yang dibangun di sebagian wilayah Papua merupakan proses dari modernisasi, di mana adanya kepentingan-kepentingan pribadi masyarakat adat Papua yang merasa perlu untuk meningkatkan taraf hidup sesuai gaya hidup modern yang telah masuk dan ingin mendapatkan lebih banyak uang dalam seketika—ingin bersaing dengan masyarakat non-Papua.
Maka dari itu, sebagian dari mereka memilih melepas kepemilikan tanah dan meminta ganti rugi dengan uang yang banyak. Fakta menariknya, sampai detik ini proses modernisasi, yang mana ganti rugi tanah itu masih terjadi. Banyak masyarakat Indonesia di luar Papua yang mungkin tidak tahu kalau infrastruktur yang dibangun di Papua itu memerlukan proses ganti rugi tanah yang panjang dan memakan biaya yang sangat besar.
Setelah proses ganti rugi tanah itu, baru masyarakat asli Papua bisa masuk ke dalam gaya hidup zaman modern hingga sampai saat ini. Walaupun sekarang ini masih ada beberapa masyarakat adat Papua yang bersikeras tetap mempertahankan tanahnya, tapi sebagian dari mereka sudah tidak lagi memikirkan hal itu dan hidup layaknya manusia modern pada umumnya.
…
Gaya Hidup Masyarakat Asli Papua di Zaman Modern
Masyarakat Papua yang telah menetap di perkotaan memiliki gaya hidup yang sama dengan masyarakat pendatang. Tidak ada perbedaan yang signifikan. Ada beberapa kultur adat yang mungkin menjadi ciri khas sendiri bagi masyarakat asli Papua, seperti:
- Makan pinang. Bukan hanya mengonsumsi, tapi ada juga masyarakat asli Papua yang menjadikan berjualan pinang sebagai mata pencaharian sehari-hari mereka.
- Noken sebagai tas sehari-hari. Noken sudah jadi primadona di kalangan masyarakat Papua, bahkan anak-anak sekolah pun ada yang menggunakannya sebagai tas sekolah.
- Mas kawin, sebagai syarat adat untuk melamar seorang calon pengantin wanita. Biasanya jenis mas kawin tersebut tergantung dengan syarat dan ketentuan dari masing-masing suku.
- Sagu, sebagai makanan yang tidak pernah punah. Biasanya sagu diolah menjadi Papeda dan disajikan pada acara-acara besar.
Pada akhirnya, kehidupan masyarakat asli Papua itu sama saja dengan kehidupan masyarakat pendatang maupun masyarakat-masyarakat lain di nusantara. Kebiasaan adat akan sedikit terkikis, walaupun begitu tidak lantas punah melainkan dimodifikasi mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan hidup.
Saya bersyukur bisa mengenal Papua, bukan hanya mengenal saja tetapi juga lahir di sana. Saya bisa belajar banyak aneka macam adat, tradisi dan kebiasaan dari berbagai macam suku di sana. Biarpun saya bukan orang asli Papua, tetapi saya bangga dan cinta dengan Papua, karena di sanalah saya lahir.
Hitam kulit, keriting rambut, aku Papua.
Putih kulit, lurus rambut, aku tetap cinta Papua.
Posting Komentar untuk "Gaya hidup masyarakat di Papua"